Senin, 25 Oktober 2010

Kedai Sinau

Matahari itu masih terbit dari Timur
Dan sinarnya masih setia mengahangati bumi yang kita pijak...
Embun itu masih setia menggantung di ujung daun
Dan ia setia bersama pagi yang datang menjelang..
Namun, masihkah tangan kita bergandengan tangan?
Masihkah langkah kaki kita sama ?
Masihkah semangat kita satu ?
Masihkah tujuan kita tetap ?
Matahari masih setia dengan senyum cahayanya yang ramah...
Embun masih ingin menggantung lebih lama di ujung daun
Pagi masih ada kawan...
Kalaupun malam datang,
Ia hanya sebentar, sekedar memberi kesempatan pada kita untuk tidak melupakan mimpi-mimpi kita yang perna ada...

langit

Tidak selamanya kan langit itu biru?
Waktu mendung ia tampak muram dan membisu...
Tidak selamanya kan langit itu cerah?
Kadang-kadang ia muram dan tampak jengah...
Bayanganku waktu kecil dulu,
Langit itu nggak pernah muram
Tidak pernah bisu,
Tidak pernah jengah,
Selalu biru,
Jadi waktu aku bertambah dewasa,
Aku jadi takut,
Waktu tahu bahwa sesungguhnya...
Langit itu nggak selamanya biru.

Sabtu, 23 Oktober 2010

hitam

kenapa rasanya semua sama saja,
aku tak berkala,
aku tak biasa,
mendekam takdir dalam ranah kalbu yang gersang,
hampa, Tuhan...
Cuma aku bisa bilang pada-Mu,
aku bingung,
kenapa bisa menimpaku,
padahal terserah buah mau jatuh dimana,
bisa hanyut terbawa arus sungai yang tak tertebak akan ke hilir mana,
capek...
lelah...
capek...
lelah...
aku capek...

Sabtu, 09 Oktober 2010

Embun

Angin,
Bulan,
Bintang,
Malam ini enggan menyapa
Langit sunyi seperti kelam
dan nada bagaikan bisu mencekam
seperti teriris nadi
saat menanti pagi menjelang
mengantar embun datang dalam pelukan...