Senin, 05 Oktober 2015

Rinduku

Rinduku pada mereka yang tenang dan tersenyum
Yang setidaknya memberi satu semangat di pagi yang lain
Yang meski tak kenal dan mengenal memberi bahagia walau sedetik
Dimana mereka yang kucari

Jumat, 28 Agustus 2015

Pulang

Adakah waktu untuk bisa terbuka
Adakah kesempatan untuk semua meminta maaf
Atas semua yang terjadi
Atas semua yang dilakukan
Atas semua yang dikatakan
Adakah waktu itu tiba
Ketika nanti aku kembali
Ke tanah dimana segalanya terjadi
Bermula
Tertulis
Menjadi bagian lembar sejarah cerita manusia
Adakah waktu itu tiba ketika nanti semua menjadi baik-baik saja?

Rabu, 26 Agustus 2015

Untuk Siapa

Rasanya semakin berdosa
Semakin sedih
Semakin marah dan tak rela

Ini soal tanggungjawab
Pada hidup
Lebih pada diri sendiri

Kesalahan
Hikmah
Hidup

Sejarah

Sudah terlalu lama
Sudah sejauh ini kita bersama
Sejak permulaannya
Kehidupan kita memang berbeda
Namun bertemu dalam satu titik nadir yang sama
Memori yang selalu berputar itu
Seakan semua ini adalah teguran Tuhan untuk kita
Karena terlalu lalai dalam hidup
Lupa pada-Nya
Serta menyepelekan doa
Sejarah kita tak mungkin kembali
Namun ia bisa terulang lagi
Kapan saja
Jika memang kita kembali alpa
Rasanya ingin kembali memperbaiknya semuanya
Jika Tuhan mengizinkan

Sejauh Kaki Melangkah

Sejauh kaki melangkah
Sepanjang itu pula doa terpanjatkan
Sekaligus diiringi kekhawatiran

Ada penyesalan di dalam
Apakah ia ujian
Atau memang ini semua kenyataan

Airmata tak bisa tumpah resah

Wishes

Semoga semua baik-baik saja ya Allah...
Ketika ada, ketika tiada
Ketika senang, ketika susah
Ketika bahagia, ketika sedih

Semoga semua baik-baik saja ya Allah
Meski kerisauan memanggil
Mengetuk-ngetuk batin
Memenuhi rongga jiwa dan raga

Semoga semua baik-baik saja ya Allah
Untuk yang dekat dan untuk yang jauh
Untuk diri sendiri dan untuk yang lain
Untuk hidup dan untuk yang tidak hidup

Semoga semua baik-baik saja ya Allah
Dalam semesta-Mu
Dalam perlindungan- Mu
Dalam Rahmat-Mu

Semoga semua baik-baik saja ya Allah
Airmata ini mengalir....

Jumat, 07 Agustus 2015

Life

Yang orang tidak ketahui tentang kami adalah
Kami adalah keluarga
Definisi resmi tak akan pernah ditemukan
Karena terkadang ia hilang
Lalu timbul
Begitu saja
Bukan sekedar darah
Keluarga adalah perasaan yang terikat
Akan kesamaan
Cinta
KehidupaN

Senin, 20 Juli 2015

Mengapa

Menjadi buta jika bisa melihat
Menjadi tuli jika bisa mendengar
Menjadi bisu jika bisa bicara
Menjadi pincang jika bisa berjalan
Menjadi marah ketika bisa bersabar
Memilih menjadi buruk jika bisa menjadi baik
Menjadi kalah ketika saatnya menang
Menjadi sedih ketika seharusnya bersyukur
Menjadi bodoh jika harus mengerti
Mengapa harus....

Hakikat

Tuhan....
Beginilah rasanya ketika
Aku mencoba menikmati menjadi
Manusia
Seutuhnya...

Tiada Kata

Tak perlu bicara
Jika hati telah merasa
Kekosongan bukan kehampaan
Melainkan hakikat
Sebagai manusia

Tak perlu berkata
Jika nurani yang terbuka
Menyatakan yang tak terelakkan
Mengakui diri
Sebagai manusia

Ujian

Tenang
Diam
Karena kesabaran itu menguji
Karena cinta itu merelakan
Karena ikhlas itu mendamaikan

Minggu, 19 Juli 2015

Ketika ia

Ketika cinta mulai menyapa
Haruskah kutolak ia
Kuingkari dan kubuang sejauh-jauhnya
Kukubur sedalam-dalamnya agar ia mati tak lagi bernyawa
Ketika cinta mulai menegur
Tak bisakah kuacuhkan saja ia
Sampai lelah hingga tak lagi bersuara
Hingga lenyap dan tak pernah lagi akan bersua

Jumat, 10 Juli 2015

Awan

Kadang kubenci ketika mendongak menatap langit
Karena aku hidup di bawah atapnya
Kehidupan yanh kubenci dan tak bahagia
Ada emosi tertanam
Ada marah tersembunyi
Tak tahan untuk tak berpura-pura senang kembali
Kadang kubenci ketika mendongak menatap langit
Karena ketika terik mentari menyerang kalbu
Tak satupun ada awan yang datang menemani
Sekedar melindungi
Ini semua fana, tak nyata
Emosi
Sedih
Keburukkan
Tak selalu ada
Tak selalu nyata
Tak selalu abadi

Senin, 08 Juni 2015

Heart

Ya Allah hati ini milik siapa
Ia begitu gelisah dan berontak
Seolah sudah tak betah lagi di tempatnya
Seolah ia bosan menampung segala rasa dan dosa juga derita
Ia tak kuasa pula menahan semua yang tak terangkai kata
Ya Allah hati ini milik siapa...

Minggu, 31 Mei 2015

Tak Berbeda

Aku berharap senyummu tak terluka mendengar kabar terakhir dariku
Aku baik-baik saja, seperti biasanya
Jangan tanyakan kesehatanku
Atau mood-ku
Atau suasana hatiku sekarang
Kau lebih tahu itu
Lebih mengenal aku daripada aku

Aku datang hari ini bukan untuk menyapamu
Yang terpenting kau sudah melihat diriku
Dan aku baik-baik saja
Seperti katamu selalu
"Aku tahu kau akan selalu baik-baik saja"
"Karena aku terlalu tahu kamu"
"Selalu tahu kamu, sejak dulu masih sama"

Aku melihat kamu dalam bayangan
Dalam cerminan diriku sebagain yang mengambang
Ada kamu disana
Selalu ada kamu
Tetapi...

Kau memang selalu tahu aku
Lebih mengenal aku daripada aku
Lalu siapa aku
Siapa kamu?
Siapa kita?

Aku telah tiba dan tak berani menegurmu
Sekedar menyapa atau menghadiahi senyum yang selalu kau tunggu
Apalagi memberitahumu kabar itu
Kabar terakhir dariku tentang hidup tentang cinta
Tentang bahagia yang masih sama seperti yang dulu kita kenal...

Sabtu, 16 Mei 2015

Cinta Sehabis Hujan

Bayangan mendung menyelimuti
Membuat hidup menjadi kelabu
Abu-abu seperti warna dunia yang menyatu
Aku berdiri di tepi jalan
Dengan kedua sepatu yang basah
Melindungi diri dari genangan sisa hujan
Dengan satu payung di tangan
Ada cinta yang tersisa setelah hujan
Luntur bersama tiap tetesannya ke bumi
Menitik luruh dari ujung dedaunan
Menyiram kelopak mataku yang terpejam
Menunggu
Menanti datangnya hari matahari
Namun hati ternyata lebih menyenangi mendung dan hujan yang tersisa
Karena disana ada cinta
Cinta yang tak ingin segera menguap ditelan hangatnya mentari

Kamis, 12 Maret 2015

Nyata

Kerinduan yang sering mengusik kalbu
Sering tak tertahankan lagi…
Kala membayangkan kehadiran dirimu disisiku
Kurindu dengan lembutnya cinta dan hangatnya kasih yang datang darimu
Tapi…entahlah…
Hingga kini tak kutemui juga sosokmu
Yang mampu memadamkan api kerinduan yang begitu menyala
Sepi…menggugat kehadiranmu
Menuntut sosokmu menjadi nyata
Berjalan di sampingku
Menggenggam tanganku
Dan menjadi semangat dalam menapaki masa depanku
Tapi…
Sosokmu tetap tak pernah menjadi nyata
Di sisiku…
Mataram, 27 Agustus 2010

Ulat

Dunia rasanya berputar saat aku sadar, bahwa ternyata selama ini aku hanyalah ulat kecil yang melingkar di dalam gulungan daun hijau. Muram dan gelap, tanpa ada yang mengetahuinya.
Harapan ketika suatu saat aku akan berubah menjadi kupu-kupu rasanya seperti berjalan di jalan yang penuh dengan pasir, duri dan batu. Bergelung selalu di dalam selimut daun yang dibuat untuknya sendiri.
Suatu ketika dalam masa penantian akan pandang kehidupan yang lebih baik, ternyata hanyalah onggokan pola pikir rumit yang menyesatkan.
Aku tersesat.
Tersesat dalam ruangan yang terlalu terang menyilaukan.

HUJAN SORE INI


Sesaat kami sadar dengan rima kehidupan ini yang tak pernah bisa ditebak. Seperti kami pasrah saat gelombang itu datang dan menghanyutkan semua mimpi dan angan. Menghempaskan diri pada batu-batu karang kenyataan yang kasar dan berlubang.
Sering kami bertanya sendiri pada embun yang menggantung di ujung pagi atau pada hujan kala ia turun menyirami setiap kenangan yang pernah terhampar dalam benak dan padang-padang ilalang kisah kami.
Jika kami memang pilihan, hadiah apa yang akan menanti kami di akhir zaman Tuhan?
Pantaskah kami meminta imbalan atas apa yang telah kami dapatkan di dalam drama kehidupan yang Kau ciptakan. Atau memang inilah yang kami inginkan sebenarnya, tatkala kami mendesakmu menurunkan roh-roh kami dalam jasad-jasad nyata di muka bumi.
Kami menjadi pendusta yang nyata ketika semua terhampar di depan mata. Ketika semua perlahan membangkitkan kesadaran dalam otak kami yang kecil, yang terisi seujung jari celupan air kami dari lautan ilmu-Mu yang luas.
Kami bahkan menjadi penentang yang berbahaya ketika kesadaran itu lenyap dan hati kami menjadi hati yang ternoda dan buta. Kami mengkhianati-Mu, mereka dan diri kami sendiri. Bahkan saat timbul kesadaran itu bahwa hati kami tertutup dan berkata pada diri sendiri, bahwa kami, kami-lah yang benar.
Jika kami memang pilihan, apa yang akan menanti kami di akhir zaman Tuhan?
Setiap tetesan sisa hujan, selalu menyakitkan untuk dikenang. Ia membungkus semua kenangan-kenangan dalam kehidupan kami yang terindah, yang mungkin bahkan jarang kami cicipi untuk sekedar melepas dahaga batin yang gersang. Hujan sore ini, Kau turunkan sungguh menjadi suatu anugrah dalam kehidupan kami yang sempit dan kecil.
Hati ini merana dan sedih, tersiksa kenangan dan warna dari perjalanan kehidupan yang tak akan mampu terhampus gelombang laut yang kejam. Dan hati ini begitu tersiksa rindu yang tak begitu kami mengerti dan tak berkesudahan. Apakah rindu akan terhenti jika sudah bertemu dengan yang kami cintai? Rindu itu, sungguh lebih menyedihkan.
Ampuni kami ya Tuhan kami, jika cuma kata ini yang mampu kami sampaikan untuk-Mu sore ini…

Selagalas, 19 September 2010
(untuk saudara-saudaraku: that’s our life…) 

Rabu, 11 Maret 2015

Surat Kepada Seorang Jenderal


Kepada malam kusambut setiap isapan rokok yang menempel di antara dua jarimu
Yang asapnya menari di depan wajah tuamu yang menyaksikan setiap adegan pembantaian itu
Pembantaian diri, pembantaian batin, pembataian harga diri
Sudah lama senjata itu tersembunyi dalam sarung tuanya di atas lemarimu yang juga tua
Tak ada isi, mati
Jenderal, salam hormat kukirimkan untukmu
Penghormatan akan tanda – tanda jasamu yang tertata rapi dan terbingkai di dinding kamarmu
Sebagai kenangan atas perjalanan dan perjuanganmu membela negeri ini
Penghormatan akan penghargaanmu kepada keluargamu yang kautinggalkan untuk tugas negara
Jenderal, kusambut malam dengan asap rokokmu yang memelintir segenap bayangan diri akan perang itu
Perang mata hati yang membuka kesadaran akan perjuangan
Adalah salah apabila menilai kau memenangkan perang itu
Karena sebenarnya kekalahan itu sudah ada sebelum hadirnya perang dalam kehidupanmu
Malam tidak menangis untukku, pun juga pagi tak setiap saat membangunkanku
Aku bukan prajuritmu, aku bukan anak buahmu
Aku berasal dari harapan yang tak kau duga, Jenderal.
Aku menyadari bahwa ini bukanlah kalimat – kalimat yang kau inginkan menjelang hari tuamu
Di hari dimana tanganmu tak lagi mengangkat senjata
Kakimu tak lagi merasakan panasnya ranjau darat
Punggungmu tak lagi terbebani ransel berat
Tenggorokanmu tak lagi menelan berkaleng – kaleng ransum
Hari ketika waktu yang ada kau isi dengan memberi makan ayam – ayam hutan peliharaanmu
Mengecat dinding rumahmu yang kokoh
Dan mengisap rokok A Mild di tangga kayu lumbung padi belakang rumah

Perjalanan




Maaf, mungkin ini bukan yang terbaik untukmu
Hanya berusaha untuk mencoba
Kata – kata ini bukan untukmu
Karena aku tahu ini tak pantas untukmu
Maaf, bukan aku ingin menangkap angin
Atau menjaring bulan
Karena aku tahu kau tak mau
Dan kau tak pantas mendapatkannya
Maaf, beribu maaf
Maaf, sejuta maaf
Mungkin tak pantas kukatakan
Karena aku tahu kau tak perlu akan itu
Tapi, aku harus
Harus terus berjalan
Sampai suatu ketika panas membuatku lelah
Dan berhenti

Entah

Ini Cinta?
Mungkin ini embun
Sebab, sejuknya datang di paginya hari
Menetes, merembes, mengaliri semangat dengan dinginnya
Kubah itu, kubah kenangan
Ini cinta?
Ingatkah kau teman, akan tawaku di sana??
Tulus untukmu..
Kisahku, kubagi bahagia denganmu, tanpa cemas, dan takut...
Indah, senang dan semangat kau berikan padaku, dengan polosmu, senyum ikhlasmu...
Ini Cinta?
Ingatkah kau teman, akan kubah itu
Kubah kenangan, sejuta manis ada di sana...
Candamu, cintanya jadi satu...
Sampai mentari bergerak ke Barat
Dan senja menyanyikan lagu perpisahan
Sampai harapan kan bertemu lagi, sampai membentuk menjadi mimpi
Teman, ingatkah kau akan embun, kubah, senja, yang pernah kau berikan padaku....
Ini cinta?