Jumat, 31 Agustus 2012

Kisah ini Milik Siapa?

Ceritanya,
Tahun itu tahun kelabu
Bagiku
Tentang pertentangan yang terjadi antara dua generasi
Rasanya menusuk, melankolis, sepi, karena dunia menjauhi
Aku yang keras hati dan keras keinginan, percaya semua akan baik-bak saja
Walau terkadang ada rasa bosan menyelimuti dan senantiasa mendendangkan lagu keputusasaan
Aku tetap percaya, namun sambil terus meminta dan berusaha agar semua kembali seperti biasa
Perjalanan aku lalui, dari tanah pesantren yang kutinggali cuma seminggu
Karena yang kudapat bukan pelajaran namun permainan
Aku yang berangkat pulang dari tanahnya para Kyai dengan Puspa Indah yang melewati
Jalan berkelok-kelok bersama hatiku yang sepi
Sesampainya di tempat kembali aku rasa ada sedih yang tersisa di sudut hati
Seorang manusia yang sepi dan berharap semua akan kembali seperti sedia kala
Namun, semua rasanya akan baik-baik saja....
Tak pasti.
Lalu ada cinta di penghujung dan awal tahun yang baru
Cintakah?
Ah sebetulnya aku selalu memimpikannya dan memanggil-manggilnya
Dan akhirnya Tuhan mendatangkannya
Waktu yang memahat kisah kami dalam cerita pagi di Merapi
Dalam rentang guyuran air terjun Rondo dan akhirnya Ramadhan menyapa dengan kisah yang pilu
Aku yang tegar dengan segala kisah manis yang coba kutulis
Bersama dia yang sempat menjalani hari di panoramanya Semeru
Ada dia, yang sempat menjadi tumpahan segala sedih menjadi bahagia
Lalu semua hilang di penghujung Lebaran
Aku tak ingat airmata terakhir yang aku tumpahkan karena tak menyapa Takbir
Karena yang aku tahu hanya berusaha tegar dan bertahan
Lalu aku merasa, ada sisa kejatuhan di akhir masa-masa yang aku sebut 'masa pencarian mahasiswa'
Aku merasa terjatuh
Dan rela kedinginina di bukit bintang hingga mencarimu di sudut-sudut Malioboro

Kamis, 30 Agustus 2012

Pelajaran Cinta

Tuhan, menciptakan segala sesuatu yang hidup dari air
Air yang jernih yang dicampur dengan cinta dan kasih
Makhluk hidup dari air cinta dan kasih Tuhan-Nya

Cinta dan kasih sayang adalah pelajaran yang tak pernah kita dapatkan
Dalam buku-buku mata pelajaran di sekolah-sekolah
Atau di dalam teori dan analisis di bangku kuliah

Cinta dan kasih sayang itu seperti kabut Magellans
Yang berputar, menari-nari serta melayang di jagad raya
Namun, keberadaannya menentukan kehidupan

Cinta dan kasih itu...
Nafas yang berhembus dari seorang bayi mungil yang baru lahir
Atau dari desahan lega napas bunda yang bahagia

Cinta itu Seperti juga dengan kasih dan sayang
Tak terlihat
Maka banyak penafsiran yang timbul darinya


Cinta itu,
Apakah ketika kau usap lembut dahiku saat peluh
Dan berkata 'aku cinta padamu'

Kasih itu,
Apakah ketika aku sakit dan kau datang membawakanku semangkuk bubur
Saat aku terbaring lemah di sisi tempat tidur?

Aku merasa,
Cinta itu adalah saat kau mencintai diam-diam
Dan tenang

Bukan datang dengan setangkai mawar yang putih
Atau kado istimewa dari jauh sana
Atau tempat-tempat indah yang pernah kita datangi dan lalui dengan ceria

Aku merasa,
Kau mengerti akan mimpi dan anganku
Adalah kasih sayang paling menakjubkan

Tak perlulah semua kata cinta itu
Atau perjalanan-perjalanan
Atau hadiah-hadiah

Menjadi dirimu
Dan mencintaiku diam-diam
Adalah cinta dan kasih paling dalam

Rumah Sekolah

Padahal pagi ini, kami hanya ingin disiapkan segelas susu dan sepotong roti
Kalau pun tak ada segelas hangat teh manis dan sepotong singkong rebus juga amat kami nanti
Dari tangan seorang perempuan mulia yang kami panggil 'bunda'
Atau sapaan hangat dan semangat 'selamat pagi!'dari seorang pria yang memakai kemeja dan dasi
Jika pun tak bisa, sekedar tepukan halus di pundak dan ucapan semangat saat ke sekolah
Dari seorang ayah yang sudah pergi ke sawah pagi-pagi sekali
Untuk menabur benih ataupun sekedar untuk melihat-lihat apakah tanaman kami sudah berisi?
Seperti banyak tempat lain di dunia, bukankah masa kecil itu sama saja?
Penuh warna, tawa, dan ceria
Meskipun kami tinggal di ujung negeri paling terkucil
Di lorong-lorong jembatan yang paling dalam
Sampai di rumah-rumah megah layaknya istana raja
Kami masih mempunyai hati sampai saat itu
Hati yang berdegup seirama suara alam yang tenang dan melankolis
Tidak perlu cepat-cepat dan berhamburan, karena kami sangat menimati detak jantung ini...
Itu saja
Padahal pagi ini, kami hanya ingin disiapkan segelas susu dan sepotong roti
Kalau pun tak ada segelas hangat teh manis dan sepotong singkong rebus juga amat kami nanti
Namun yang tersaji di atas meja adalah muram, lelah dan wajah masam
Kata orang demi kami ini, yang masih punya hati dan memiliki detak jantung seirama alam yang melankolis maka mereka jadi berwajah robot
Bahkan berhati robot
Padahal,kami hanya ingin disiapkan segelas susu dan sepotong roti
Kalau pun tak ada, segelas hangat teh manis dan sepotong singkong rebus juga amat kami nanti
Buatan langsung dari tangan perempuan mulia yang kami sebut 'bunda'
Sapaan 'selamat pagi' dari pria berkemeja dan berdasi
Atau dari para petani yang pergi ke sawah pagi-pagi sekali, rasanya sekedar mimpi hari ini

Rabu, 29 Agustus 2012

Yang Terbakar Dan Luruh Di Saljumu



Aku pun tak bisa menebak-nebak isi hatimu sampai sekarang
Bukan karena aku terlalu tak peduli padamu
Atau terlalu sibuk dengan urusan duniaku
Atau terlalu berjarak denganmu
Sehingga tak mengenalimu dan hatimu dengan lebih baik
Ada pendongeng yang bercerita
Tentang suatu kisah cinta yang tak terpisahkan
Namun berasal dari dua latar yang berseberangan
Apakah aku, apakah engkau, apakah kita?
Kau bilang senang lihat bulan malam itu
Aku bertanya, iakah bulan yang sama dengan yang kulihat
Jika ya, maka kumintakan pada bulan untuk titip salam hangat padamu dikejauhan sana.
Kenapa bulan?
Karena jika mentari, kita tak yakin ia bisa menjangkau hati kita masing-masing
Engkau yang terlalu dingin berselimut salju untuk hatimu
Sementara aku merasa hangat, bahkan terlampau terbakar semangat untuk hariku
Ada kisah di bawah hujan yang aku ingat,
Kita sempat berduaan di air terjun
Dan engkau yang ramah serta penuh kasih waktu itu
Apa kita akan ulangi lagi untuk kedua kali
Karena kini siraman salju itu berpindah pada hatiku dan hariku
Mungkin engkau yang terbakar cinta dan aku memuja
Terlupa bahwa ada banyak cerita yang kau simpan
Mungkin sengaja tak engkau bagi
Mungkin itu sebab siraman hujan dingin itu membekukan hati ini
Ada yang terbakar di hatimu, itu cinta untukku
Ada yang luruh di hujan saljumu
Itu kejujuranmu

Jumat, 08 Juni 2012

Mencari Jalan Ke Surga

Suatu ketika ada sebuah kisah tentang
Seorang guru yang putus asa terhadap muridnya
Sang guru sangat mengeluhkan kemampuan berpikir dan menghafal sang murid
"Mengapa engkau juga tak paham bait-bait kalam Allah yang kuajarkan?
Apakah engkau memang sungguh tak berniat untuk belajar
Atau engkau sedang bosan?"

Sang murid hanya terdiam
Pertanyaan sang guru tak mampu ia jawab
Mungkin karena ia takut
Atau juga tak hendak menyampaikan apa isi hatinya
Pertanyaan sang guru menjadi beban pikiran berhari-hari
Belum lagi ejekan dari teman-teman
Yang mengatakan bahwa otaknya bebal seperti batu

Hari demi hari sang murid hanya termangu seorang diri
Di kelas lebih banyak melamun
Sehingga sang guru bertambah kesal dan akhirnya mengusirnya keluar
Murid itu berjalan gontai ke tepi sungai
Di sana ia duduk memandang air yang mengalir
Dari hulu ke hilir

"Duhai, guruku, maafkan aku yang bodoh ini
Andaikan otakku lancar seperti layaknya air ini
Yang mengalir jernih, lancar sampai tujuan, niscaya aku pasti tidak berada di luar sini."
Namun, keluhan itu tampaknya hanyut begitu saja seperti terbawa aliran sungai yang dilihat
Tak berbekas, tak ada sisa, percuma

Ketika senja menjelang
Para murid segera pulang
Namun, sang murid satu yang termenung itu
Tak ingin pulang
Walau beragam ejekan terlontar dari murid-murid sang guru yang lain:
"Otakmu keras seperti batu,
Pikiranku seperti es yang beku,
Kamu murid yang malas menghafal dan bodoh,"

Ah, senja itu, senja paling kelam bagi sang murid
Airmatanya jatuh satu-satu
Seperti tetes-tetes air yang mengalir dari pancuran bambu
Di dekat sunga sana, yang berdiri tegak untuk tempat berwudhu
Lagi-lagi sang murid termangu
Ah, kenapa pula aku menangis, entah apa lagi ejekan yang kuterima setelah ini
Jika teman-teman melihat airmataku:
"Bodoh dan cengeng," kata mereka jika tahu

Sang murid menghapus airmatanya dengan jubah lusuh seragam belajarnya
Saat itu penglihatannya yang sudah tak lagi kabur karena airmata
Melihat dengan jernih tetesan-tetesan air di pancuran bambu
Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala kebesaranNya
Yang memeberi ilham pada semua manusia
Termasuk pada sang murid juga

"Otakmu bodoh seperti batu,
Pikiranmu seperti es yang beku..."
Ah, kalimat-kalimat itu...
Tapi, lihatlah wahai manusia
Di depan matamu sana di bawah pancuran bambu sederhana
Ada air yang menetes-netes,
Lalu ada apa lagi di sana?
Oh, ya ada batu!
Batu yang diperumpamakan seperti otakmu yang beku!

Tapi, mengapa ada lubang di batu itu?
Lubang yang sangat halus namun dalam,
Padahal, tak ada satupun benda keras di sana selain bebatuan yang lain
Tak mungkin jika batu dibenturkan batu akan terbentuk lubang seindah dan sehalus itu
Sang murid merenung dan merenung
Ketika senja hampir terbang di bawa pulang sang malam
Sang murid tersenyum senang

Segala Puji bagi Eggkau ya Allah
Tuhan semesta Alam
Yang Maha Pengasih da Penyayang...
Rabbul 'Alamin
Yang memberi perlindungan dan rahmatNya ke setiap makhluk
Sang murid pulang dengan riang
Hatinya penuh warna dan terasa ringan
Sang tak henti-hentinya memujiNya dengan segala pujian

Kelak, ia adalah Ibnu Hajar al-Asqalani, ilmuwan dan yang msnyarahkan kitab-kitab shahih Bukhari yang termashyur di seluruh dunia dan di berbagi zaman
Gurunya yang dahulu,
Mungkin tak akan menyangka pula
Bahwa muridnya yang dahulu berkepala batu,
Pikiraanya beku,
dan susah menghafal kalam
Kelak menjadi penghafal hadis yang disegani

Surga itu tak jauh, teman
Bahkan, seperti Ibnu Hajar,
Jalannya dapat ditemui di depan mata
Melalui kisah sebongkah batu,
Dan air yang menetes dari pancuran bambu yang sederhana!

Sabtu, 26 Mei 2012

Kampung Halaman



Tak banyak yang menghargai
Ketika berada di luar
Pun juga tak banyak yang mendengar
Ketika berbicara

Tapi, jauh disana
Ada sebentuk tanah yang menunggu kita
Tak besar
Tak juga lebar dan indah

Ada kata-kata yang menyenangkan
Ada sikap dan penghargaan
Ada tutur kata yang mengingatkan
Darimana kita berasal

Tanah itu, bukan tempat lahir
Bukan tempat berpijak
Bukan pula tempat singgah untuk beristirahat
Tapi, tempat yang selalu dituju ketika pulang

Namaku Tak Lagi Kau Sebut

Tahu hatimu
Tak mudah pergi begitu saja
Melupakan atau meninggalkan
Dan, kebanyakkan orang memang begitu
Apalagi yang ada meninggalkan kesan mendalam
tujuh puluh dua bulan bukan waktu yang singkat untuk menata rasa
Dan meyakinkan cinta
Jadi, mengerti saja bila tak cukup satu atau bulan untuk melupakan
Belajar mencinta yang kau beri
Mempertahankan rasa yang kau ajarkan
Jadi, sangat mengerti
Aku bukan dia
Hanya orang yang belajar mencinta
Dalam tujuh puluh dua bulan itu tak mudah menghapus bayangnya
Kau lihat dia dalam diriku
Bahkan sekedar nama saja, masih kau ingat dia
Saat itulah aku tersadar bahwa sebenarnya tak akan pernah ada namaku akan lagi kau sebut

Rabu, 25 Januari 2012

Ketika Suaramu Tak Lagi Kudengar

Engkau bernyanyi
Dengan nada kesepian
Dan keterasingan

Engkau sembunyi
Dari keramaian
Dan kebahagiaan

Engkau tak terlihat
Karena malam menyelimuti
Dan senja tak telah menghilang

Suaramu tak lagi kudengar
Dari lautan kasih sayang
Dari semerbak harumnya kata cinta

Suaramu tak lagi terdengar
Walau kupaksa
Mencari dan meraba

Ketika itu...
Menyadari bahwa kini kita
Telah berbeda jalan...


(thanks a lot for my beloved grandparents!)

Senin, 23 Januari 2012

Cerita Yang Tersimpan Diantara Ilalang Cinta


Seandainya,, saat itu kau benar-benar ada di dekatku, mungkin aku sudah menyandarkan kepalaku di bahumu, dan mengeluarkan segala keluh kesahku padamu...

Lalu, kau akan membelai lembut kepalaku dan...
Membiarkan airmataku tumpah dan membasahi telapak tanganmu
Karena kau ingin merasakan juga apa yang aku rasakan...

Saat itu...
Mungkin saja kau tak mengerti apa yang kukatakan
Tak memahami apa yang aku bicarakan
Tapi,, kau cium keningku dengan sayang seraya berkata:

"Menangislah kekasihku...karena bahuku memang kusediakan untuk tumpahan derai airmatamu
Dan,, jangan katakan padaku bahwa masalahmu begitu besar untuk kau tanggung
Tapi, katakanlah pada masalahmu bahwa Allah itu Maha Besar dari masalahmu
Dan ketika kau tumpahkan tangismu itu,, karena kau ingin aku juga tahu tentang gundahmu...
Dan saat aku tahu itu, maka aku akan menggenggam tanganmu dan berjalan disisimu hadapi segalanya....."

Minggu, 08 Januari 2012

Lintang Kelabu

Samudera itu...
Ia luas dan terbentang tak terbatas melewati tepi-tepi suramnya kehidupan
Gelombang menghempas tak lelah
Dan karang menantang tak lekang
Ah, surga
Betapa jauh harum wangimu terbawa ombak yang menggunung itu